Jumat, 15 Mei 2009

Membuat Pakan Ikan sendiri


Membuat Pakan Ikan sendiri


“Membuat pakan sendiri,” banyak pembudidaya ikan berpikir apa bisa membuat pakan ikan sendiri untuk peliharaan ikan? Tentunya bisa. Melihat sekarang pakan atau pellet terus naik harganya dan makin tidak terjangkau para petani budidaya ikan.

Meskipun beberapa pakan buatan sendiri diakui masih kurang berkualitas dari pakan buatan pabrik tapi tidak menutup kemungkinan pakan buatan sendiri lebih baik, lebih segar jika bahan-bahan pembuatan pakan tersedia dan mutu yang baik.

Pakan yang baik memenuhi nutrisi ikan. Mengenal kebutuhan nutrisi ikan merupakan landasan dalam pembuatan pakan ikan sendiri, setiap ikan membutuhkan nilai gisi yang berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat ikan nila atau tilapia berbeda dengan ikan lele. Ikan lele memerlukan lebih sedikit nilai nutrisi dibanding dengan ikan nila, gurame, ikan mas dan sebagainya.

Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat berakibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama.

Sering terjadi ikan dipanen pada umur 6 bulan menjadi 8 bulan untuk ikan nila berukuran 500 gr. Karena nilai protein dan lemak serta serat yang kurang. Kandungan nutrisi pakan ikan buatan sendiri dibagi dua bagian sesuai dengan umur ikan. Ikan nila yang berumur 1-3 bulan nilai protein antara 35%-50%.Ikan nila yang berumur 4 bulan keatas 25%-30%. Setelah mengetahui kebutuhan ikan, kita perlu mempelajari bahan-bahan dan kandungan gisi setiap bahan yang tersedia. Hampir semua bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan pakan ikan sendiri tersedia di seluruh pelosok nusantara. Seperti, jagung, dedak kuning, tepung ikan, ampas tahu, limbah udang, bungkil, dan lainnya. Bahan-bahan tersebut memiliki nilai gisi yang cukup untuk kebutuhan ikan. Lihat table1. kandungan gisi bahan-bahan pembuatan pakan.

Kandungan Protein Bahan Makanan Ikan

Nama Bahan

Protein

Lemak

Serat

Tepung Teri

63.71

4.21

3.6

Tepung Udang

47.47

8.95

4.49

Tepung Darah

80.85

5.61

0

Tepung bekicot

39

9.33

1.05

Tepung Ikan

62.99

6.01

3.6

Tepung Kedelai

46.8

5.31

3.54

Tepung Terigu

12.27

1.16

0

Dedak Halus

13.3

2.4

9.4

Tepung Jagung

9.5

3.22

1.76

Tepung singkong

0.85

0.3

0

Bungkil Kelapa

24.0

8.0

10

Tepung Ayam Segar

15.51

0.21

0.36

Jika di daerah anda tidak memiliki satu atau dua bahan yang tertera di atas anda masih tetap bisa membuat pellet ikan, dengan tiga macam saja tentu bisa juga. Dengan memperhatikan kebutuhan ikan, maka pakan ikan dapat diupayakan. Ingat lebih baik dengan bahan tiga macam yang ketersediaannya berkelanjutan lebih baik daripada lima atau enam baham campuran yang kadang tersedia dan kadang tidak. Sebaiknya jangan membuat pakan dengan campuran bahan pakan yang terus berubah-ubah menjaga agar ikan tidak stress oleh karena perubahan bahan pembuatan pellet.

Bahan

Lemak

Protein

Bahan/KG



Ikan

6.0

55.0

100

Dedak

2.4

13.3

100

Jagung

4.5

9.8

100

Kedelai

1.3

46.8

100

Kopra

16.7

79.4

100

Bagaimana mencampur bahan pakan ikan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan nila? Ada banyak cara untuk menghitung dan menkombinasiakan bahan pakan yang memenuhi standar yang di tentukan.

Misalnya kita akan membuat pakan dengan nilai protein 40%, lemak 5% dengan bahan yang tersedia; tepung ikan, jagung giling, dan ampas tahu

lihat contoh table formula campuran bahan pakan.

Bahan

Jumlah campuran

Harga Bahan

Kandungan Nutrisi

%

Cost (RP/100 kg)

Lemak (%)

protein (%)

Ikan

30.0


1.80

16.50

Dedak

0.0


0.00

0.00

Jagung

20.0


0.90

1.96

Kedelai

50.0


0.65

23.40

Kopra




0.00






Total

100


3.35

41.86

Tabel3.

Ingredient

Inclution Rate

Inclution

Contribution to

%

Cost (RP/100 kg)

Lipid (%)

Protein (%)

Ikan

30.0


1.80

16.50

Dedak

50.0


1.20

6.65

Jagung

20.0


0.90

1.96

Kedelai



0.00

0.00

Kopra




0.00







Total

100

Rp

3.90

25.11

Tabel4.

Contoh campuran bahan diatas hanya terdiri dari tiga bahan: tepung ikan, jagung halus, dan ampas tahu. Tentu saja anda bisa membuat dengan model campuran yang lain akan tetapi tepung ikan bahan utama yang harus ada dalam setiap pembuatan pakan ikan karena tepung ikan menimbulkan aroma yang dapat merangsang napsu makan ikan dan akan lebih baik lagi bila di tambahkan dua persen minyak ikan pada campuran pembuatan pellet ikan. Perhitungan diatas adalah perhitungan kasar. Kualitas bahan dan lain unsur lain dapat mempengaruhi nilai kandungan gisi setiap bahan.

Setelah ditentukan bahan yang akan di gunakan kita sampai pada proses pencampuran sebagai berikut;

  • Sediakan tempat yang bersih untuk mengaduk sebanyak 100 kg .
  • Campurkan setiap bahan yang sudah ditentukan dalam kilogram.
  • Aduk sampai semua bahan sudah tercampur dengan mereta.
  • Sediakan wadah untuk persiapan pencetakan bahan menjadi berbentuk pellet.

Mesin pencetak pellet ada dua macam; pencetak pellet basah dan mesin pencetak pellet kering. Biasanya mesin pencetak basah tidak bisa untuk mencetak pellet kering akan tetapi mesin pencetak pellet kering bisa mencetak pellet basah.














Gambar mesin pencetak pellet kering

Desain pencetak pellet basah umumnya lebih murah dan mesin ini banyak di buat dalam negeri oleh bengkel-benkel industri kecil tapi, ada juga diantara mereka yang memproduksi mesin pencetak pellet kering dan harganya dua sampai tiga kali lipat, karena pembuatanya lebih mahal.

Dalam proses pencetakan pellet basah hendaknya campuran air pada bahan jangan terlalu banyak atau sampai encer. Pellet akan terbentuk jika campuran tidak encer. Percobaan berulang-ulang akan menghasilkan takaran air yang tepat. Tuangkan bahan yang sudah dicampur ke mesin pencetak sedikit demi sedikit untuk melihat hasil cetakan apakah sudah bagus atau belum, tambahkan air jika mesin kelihatan bekerja terlalu berat atau jika terlalu encer tambahkan bahan kering yang sudah dicampur. Budidaya ikan nila akan lebih banyak menguntungkan jika pakan ikan dibuat sendiri. Makanan ikan merupakan biaya yang paling banyak dikeluarkan dalam usaha budidaya ikan.



KEBERHASILAN PEMBENIHAN BAWAL BINTANG SECARA MASSAL



Pada saat ini sektor perikanana budidaya Indonesia dihadirkan lagi oleh suatu komoditas yang cukup potensial untuk dikembangkan. Jenis ikan ini mudah dipelihara dan dikembangkan selain itu juga mulai diminati masyarakat. Komoditas ini adalah Trachinotus blocii,L atau yang lebih dikenal dengan nama Bawal Bintang dan merupakan jenis ikan pelagis dan tergolong sangat aktif karena selalu berenang berputar-putar di permukaan. Pada dasarnya ikan Bawal Bintang memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi dan mudah untuk dibudidayakan.
.Bawal bintang merupakan ikan introduksi dari Taiwan dan memiliki prospek yang cukup bagus di kawasan Asia Pasifik dengan harga yang cukup tinggi. Sebenarnya di Taiwan Bawal Bintang sudah berkembang baik di tingkat pembenihan maupun budidayanya. Namun di Indonesia Bawal Bintang adalah komoditas yang masih dapat dibudidayakan di tingkat Keramba Jaring Apung (KJA) dimana benih yang diperoleh didatangkan dari usaha pembenihan di Taiwan.
Namun baru-baru ini Balai Budidaya Laut Batam sudah mulai dapat memijahkan induk-induk ikan Bawal Bintang yang diperoleh dari kegiatan usaha bididaya sampai menghasilkan benih. Dengan keberhasilan ini maka dapat mempermudah para pembudidaya dalam mendapatkan benih/bibit untuk kemudian dibudidayakan di Keramba Jaring Apung (KJA). Selain hal di atas benih-benih yang diproduksi akan lebih murah karena para pembudidaya tidak perlu ”repot-repot” mengimpor benih dari luar negeri.
Dalam suatu kegiatan pembenihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi penanganan induk, pemeliharaan larva, pendederan dan penanganan pasca panen.
Pengelolaan induk dimulai dari seleksi induk/calon induk yang dihasilkan dari kegiatn budidaya. Induk/calon induk yang bagus memiliki ciri-ciri umum seperti bentuk badan harus proporsional dan simetris,tidak ada cacat /luka pada tubuh ikan,merupakan grading pertama pada kegiatan budidaya dan ukuran ikan sudah mencapai 1 kg/lebih. Dalam manajemen pakan induk yang harus diperhatian adalah kualitas dan kuantitas dari pakan yang diberikan. Kualitas pakan dapat dipenuhi dengan pemberian ikan rucah segar,pellet,pencampuran vitamin dan multivitamin. Sedangkan untuk kuantitas pakan yang baik diberikan 3-5% dari berat total induk yang akan dipijahkan. Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan induk adalah manajemen air media pemeliharaan. Dimana pergantian air optimal adalah 400% dalam 24 jam dengan kualitas air harus tetap diperhatikan seperti pH (7.4-7.8), DO (4-6 ppm), suhu (29-310C) dan salinitas (30-33 ppt).
Bak pemijahan induk berkapasitas 10 ton dan diisi induk yang sudah siap pijah sebanyak 10 ekor dengan perbandingan 1:1. Dimana induk jantan lebih kecil dari induk betina. Keunggulan dari pemijahan Bawal Bintang adalah ikan ini dapat dipijahkan kapan saja waktunya, tidak tergantung dari siklus bulanan. Pemijahan yang dilakukan menggunakan teknik manipulasi rangsang hormonal. Induk yang telah matang gonad (dapat diketahui mengunakan metode stripping atau kanulasi) dapat disuntik dengan hormon HCG (Hormon Chorinic Gonadotropin) dengan dosis 250 IU/kg dan Fibrogen 50 IU/kg. Penyuntikan dilakukan selama 2 hari berturut-turut. Umumnya di hari ke 3 telur sudah keluar dan telur yang dihasilkan memiliki fekunditas 60%-70% dengan ukuran telur 800-850 mikron. Telur yang sudah dipanen kemudian dihitung dengan mengunakan metode sampling untuk mengetahui jumlah total telur yang dihasilkan oleh induk.
Pada saat unit induk mempersiapkan pemijahan induk di saat yang sama unit hatchery juga mempersiapkan bak dan air media pemeliharaan larva. Persiapan itu meliputi pencucian bak menggunakan disinfektan, pencucian peralatan seperti selang dan batu aerasi, pipa-pipa inlet dan outlet dan terpal penutup bak serta dilakukannya pengeringan bak dan peralatan. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari. Setelah bak dan peralatan siap maka dilakukan pengisian air media dari tadon yang telah melalui proses penyaringan fisik seperti sandfilter dan filterbag.
Sistem pemeliharaan larva ikan Bawal Bintang yang digunakan adalah sistem air mengalir dengan penebaran telur langsung dalam bak media pemeliharaan. Penebaran dilakukan pada saat ketinggian air dalam bak media pemeliharaan mencapai 6 ton. Telur yang sudah dihitung menggunakan teknik sampling langsung di tebar menggunakan gayung dengan kepadatan 100000-150000 butir/bak atau 10-15 butir/liter dimana tinggi air media maksimal 10 ton. Daya tetas telur (HR) Ikan Bawal Bintang yang ditebar 65%-75% dimana sampling dilakukan ketika larva berumur 2 hari.
Dalam pemeliharaan larva ikan Bawal Bintang ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan larva ikan-ikan laut eknomis lainnya sehingga sangat potensial untuk dikembangkan oleh pembudidaya. Keunggulan-keunggulan itu adalah tidak terlalu memiliki banyak permasalahan dengan kualitas air media pemeliharaan dan mudah dalam melakukan manajemen pakan pada larva. Belum lagi dilihat dari tingkat pertumbuhan larva ikan Bawal Bintang yang sangat cepat, dapat mencapai ± 1 mm/hari diakhir pemeliharaan.
Manajemen air dalam pemeliharan larva ikan Bawal Bintang ini menggunakan air mengalir dimana debit air di awal pemeliharaan adalah 3 lt/menit. Debit air ini akan terus ditingkatkan sampai pada akhir pemeliharaan mencapai 10 lt/menit. Penggunaan pitoplankton pada pemeliharaan larva juga tidak terlalu lama, dengan jenis pitoplankton nanocloropsis,sp diberikan sampai larva berumur 14 hari. Pemberiannya dengan cara dimasukkan dalam air media pemeliharaan sebayak 200 liter pada pagi dan sore hari. Agar kualitas air tetap terjaga maka dilakukan pembersihan dasar bak (sipon) yang dimulai pada saat larva berumur 10 hari atau saat dasar bak sudah terlihat kotor. Penyiponan ini dilakukan setiap 2 hari sekali dari penyiponan pertama sampai panen.
Manjemen pakan larva ikan Bawal bintang dilakukan dengan memberikan pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami berupa rotifera Brachionus plikatilis dan artemia sedangkan pakan buatan adalah pellet yang ukurannya disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pemberian rotifera mulai dilakukan dari umur 3 hari dengan kepadatan 5-15 individu/ml dan frekuensi pemberiannya 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) sampai umur larva 14 hari. Dan umtuk memenuhi kebutuhan nutrisi larva pada umur 10 hari pakan pellet sudah dapat diberikan dengan ukuran pakan 250-300 mikron. Sedangkan artemia mulai diberikan saat larva berumur 14 hari dengan kepadatan 0.25 individu/ml. Saat berumur 15 hari pemberian rotifera sudah dihentikan dan frekuensi pemberian pellet ditingkatkan menjadi 1-2 jam sekali. Diakhir pemeliharan larva (umur 18 hari) pemberian artemia juga ditingkatkan menjadi 0.5 individu/ml. Hal ini bertujuan untuk menunjang pertumbuhan larva yang sangat cepat dan baru dihentikan saat larva berumur 22 hari.
Pemanenan larva ikan Bawal Bintang dilakukan pada umur 21 hari dengan menggunakan seser 500 mikron. Setelah pemanenan, dilakukan pemisahan ukuran (grading) sebelum dipindahkan ke unit pendederan. Kelulushidupan (SR) larva dapat mencapai 20%.
Setelah dipanen larva yang sudah digrading langsung ditransfer ke unit pendederan. Padat tebar benih dalam bak pendederan adalah 2 ekor/liter di awal pemeliharaan. Di unit pendederan manajenen air dilakukan dengan ganti air dan sirkulasi media pemeliharaan sampai 200%. Untuk menjaga kualitas air media tetap bagus dilakukan juga pembersihan dasar bak (sipon) 2 kali sehari (pagi dan sore) karena banyaknya sisa pakan dan feses dari benih. Manajemen pakan di unit pendederan dilakukan dengan pemberian pellet yang sesuai dengan bukaan mulut benih secara teratur (1 jam sekali). Selain itu pencampuran ukuran pellet (weaning) harus terus dilakukan untuk mengatasi keragaman ukuran benih didalam media pemeliharaan. Saat dipertengahan pemeliharaan (mulai umur 30 hari) pemberian pellet dapat mencapai 1 kg/hari, karena konsumsi benih terhadap pakan sangat tinggi. Boleh dikatakan benih ikan Bawal bintang dapat memanfaatkan konsumsi pakan secara optimal dalam mendukung pertumbuhannya. Dengan cepatnya pertumbuhan benih Bawal Bintang maka kegiatan pemisahan ukuran (grading) dilakukan 3-4 hari sekali. Di akhir pemeliharaan kepadatan benih ikan Bawal Bintang dalam media pemeliharaan mencapai 0.5 ekor/liter. Kelulushidupan (SR) benih di unit pendederan dapat mencapai 80% yang berarti tingkat kematian ikan tidak terlalu tinggi.
Benih ikan Bawal Bintang memiliki kecepatan pertumbuhan panjang yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat dari monitoring pertumbuhan yang dilakukan saat pemeliharaan larva sampai pada pendederan. Kecepatan pertumbuhan ini disebabkan karena ikan ini sangat aktif terhadap pakan apa saja yang diberikan. Salah satu keunggulan Bawal Bintang ini adalah pertumbuhan cepat karena kemudahan jenis pakan dan konsumsinya. Selain itu ikan ini relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit dan sangat mudah dalam pemeliharaannya.


Dari grafik diatas dapat dilihat semakin bertambah umur ikan maka pertumbuhannya semakin cepat. Saat benih berumur 35 hari dapat dilihat dari grafik ukurannya sudah mencapai 3,4 cm. Artinya benih dapat ditransfer atau dijual pada pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA). Dengan ukuran 3 cm benih ikan Bawal Bintang sudah dapat dipelihara lebih lanjut di KJA.
Sebelum benih-benih itu ditransfer atau dijual pada pembudidaya KJA harus ada penanganan sebelum panen. Seperti benih-benih ikan laut ekonomis lainnya benih ikan Bawal Bintang harus dipuasakan terlebih dulu sebelum di packing selama 1 hari. Tujuannya adalah mengurangi metabolisme benih dan mencegah benih agar tidak muntah setelah dipacking. Untuk pemackingan benih secara tertutup media air yang digunakan diturunkan suhunya menjadi 250C-270C. Dalam kantong packing perbandingan antara air dan oksigen adalah 1:3 dengan kepadatan benih 200 ekor/kantong.
Dengan keadaan usaha pembenihan ikan Bawal Bintang seperti diatas dapat diketahui bahwa pembenihan ikan ini memiliki beberapa keunggulan, seperti dibidang teknis adalah teknologi pembenihan yang dilakukan tidak terlalu sulit dibandingkan dengan ikan-ikan laut ekonomis lainnya, memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi dan waktu pemeliharaan yang singkat. Dibidang ekonomi usaha pembenihan ikan Bawal Bintang sangat layak dan menguntungkan. Jadi tidak berlebihan jika usaha pembenihan ikan Bawal Bintang dijadikan potensial baru yang harus dikembangkan di Indonesia.




BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BUDIDAYA RUMPUT LAUT

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh para petani/nelayan dalam pengembangannya memerlukan keterpaduan unsur-unsur sub sistem, mulai dari penyediaan input produksi, budidaya sampai ke pemasaran hasil. Keterpaduan tersebut menuntut adanya kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dalam bentuk kemitraan usaha yang ideal antara petani/usaha kecil yang pada umumnya berada dipihak produksi dengan Pengusaha Besar yang umumnya berada di pihak yang menguasai pengolahan dan pemasaran.


Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat, dan perikanan besar milik pemerintah serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat merupakan usaha skala kecil yang bercirikan antara lain pengelolaanya secara tradisional, produktivitas rendah dan para umumnya tidak mempunyai kekuatan menghadapi kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan besar yang memiliki teknologi skala usaha yang besar, mengelola usahanya secara modern dan teknologi tinggi, sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar. Kelemahan dari pengusaha perikanan kecil dan kekuatan dari pengusaha perikanan besar, merupakan potensi yang bisa menciptakan kesenjangan diantaranya. Karena dalam perkembangannya ada saling berkepentingan di antara kedua pihak, kesenjangan yang bisa timbul akan dapat diperkecil dengan mengadakan kemitraan antara pengusaha kecil perikanan rakyat dengan pengusaha besar di bidang perikanan atau produk kelautan. Salah satu komoditas yang masuk sebagai komoditas perikanan karena diusahakan di laut, dan yang dapat dikembangkan dengan menjalin kerja sama kemitraan adalah budidaya rumput laut.

Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp, Gracilaria dan Gelidium

Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah eucheuma, sp dan gracilaria. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti burger dan lain-lain, rumput laut adalah juga sebagai bahan baku industri kosmetika, farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, dan insektisida. Mengingat manfaatnya yang luas, maka komoditas rumput laut ini mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi yang cukup besar.
Permintaan rumput laut kering kurang 9.300 MT per tahun dan untuk kebutuhan industri di luar negeri 15.000 s.d. 20.000 MT per tahun. Pabrik pengolahan keragian rumput laut di Indonesia telah ada sejak tahun 1989. Sekarang ini ada 6 pabrik pengolahan rumput laut di Indonesia, karena itu pabrikan dan eksportir bersaing untuk memperoleh bahan baku rumput laut kering.

Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan petani nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial.
Sebagai negara kepulauan, maka pengembangan rumput laut di Indonesia dapat dilakukan secara luas oleh para petani/nelayan. Namun adanya permasalahan dalam pembudidayaan rumput laut seperti pengadaan benih, teknis budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasarannya, maka untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut ini para petani/nelayan perlu melakukannya dengan pola PKT (Proyek Kemitraan Terpadu) dimana para petani/nelayan bekerjasama menjalin kemitraan dengan pengusaha besar rumput laut.
Untuk pengembangan budidaya rumput laut ini dipandang perlu adanya acuan yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha kecil, pengusaha besar, dan perbankan dalam mempersiapkan proyek ini. Dalam rangka menunjang pengembangan usaha budidaya rumput laut ini, disiapkan laporan model kelayakan PKT Rumput Laut ini yang disusun untuk dapat dipergunakan bagi pihak-pihak terkait dan Bank sebagai acuan di dalam mempersiapkan dan mempertimbangkan kelayakan pembiayaan dan pinjaman Bank.

ASPEK PRODUKSI

KESESUAIAN LINGKUNGAN/LOKASI

Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang merah (rhodophyceae). Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut.

Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.

Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jenis saja yang dapat dimakan karena alasan rasa. Agar tidak rancu mengenai rumput laut, rumput laut yang dimaksud dalam MK.PKT ini adalah phaecophcease dan rhodophycease. Walaupun sebenarnya ada puluhan jenis rumput yang tumbuh di perairan Indonesia. Ada beberapa jenis yang sudah dikenal atau diperdagangkan di luar maupun dalam negeri, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang telah dibudidayakan, diantaranya adalah jenis eucheuma, glacilaria dan geldrium dengan beberapa speciesnya.

Dari ketiga jenis tersebut eucheuma sp yang sering diperdagangkan, karena di samping arealnya cocok untuk budidaya, juga pasarnya sudah ada. Jenis eucheuma sp ini dengan kode CCCN ; 14.85.200 mengandung biota karagenan yang banyak dibutuhkan untuk bahan baku industri. Untuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor teknis dan non teknis antara lain :

Dalam rangka pengembangan wilayah dan budidaya rumput laut, selain harus dipertimbangkan kelayakan lokasi, juga perlu diperhatikan daya dukung lahan, tata ruang dan aktifitas ekonomi lainnya. Kelayakan lokasi meliputi :

  • Bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat.
  • Mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik)
  • Dasar peraiaran agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari lumpur
  • Masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm
  • Kejernihan air tidak kurang dari 5 cm
  • Suhu air (20 - 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC.
  • Kisaran kadar garam 28 - 34
  • PH air antara 7 - 9
  • Mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien
  • Bebas dari bahan pencemaran
  • Bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora
  • Mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran hasil.
  • Sumber tenaga kerja cukup.
  • Bahan pendukung murah dan mudah diperoleh (bambu, benih dan lain-lain)

Temperatur dan Sanitasi

Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 - 30oC jika terjadi kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt, sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari endapan lumpur.

Dari semua faktor yang disebutkan diatas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau bahan kimia untuk penangkapan ikan.

Gerakan Air

Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.

Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air. Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.

Faktor Non Teknis

Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.

PENGADAAN DAN PEMILIHAN BIBIT

Penyediaan benih Eucheuma sp relatif mudah, karena tersebar di sepanjang perairan pantai dan dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif.

Di dalam usaha budidaya bibit yang baik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi, karena akan menyangkut segi pemasaran dan kelangsungan usaha budidaya itu sendiri, sehingga tidak akan merugikan petani/nelayan karena kandungan biota Carragenan yang rendah diperlukan persyaratan bibit sebagai berikut :

  • Mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan.
  • Keadaan biologi yang baik sehingga mempunyai kadar kandungan yang karagenan yang tinggi yang nantinya akan merupakan jaminan pemasaran yang baik.

Ciri bibit yang baik :
1. Bibit tanaman harus muda
2. Bersih dan
3. Segar.

Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu dilakukan

  • Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah dibudidayakan.
  • Ciri-ciri jenis unggul bercabang banyak warna sesuai jenisnya dan pertumbuhannya cepat.

Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m2 memerlukan bibit 240 kg.

PENANAMAN

Metode Penanaman
Untuk penanaman rumput laut dikenal adanya beberapa metoda

1. Metoda Dasar

Pada metoda ini bibit diikatkan pada batu-batu karang yang kemudian disebarkan pada dasar perairan.Cara ini sesuai untuk dasar perairan yang rata dan tidak ditumbuhi karang dan tidak berpasir. Cara ini mudah, sederhana dan tidak memerlukan sarana budidaya yang besar.

Metoda ini jarang sekali digunakan karena belum diyakini keberhasilannya. Hal ini mengingat persyaratan yang diperlukan adalah areal yang terbuka terhadap ombak dan arus dimana terdapat potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai substrant yang kokoh dan tidak terbawa oleh arus.

Disamping kesulitan mencari areal penanaman, metode ini mempunyai kelemahan antara lain : banyak bibit yang hilang terbawa ombak, tidak bisa dilaksanakan di perairan yang berpasir, banyak mendapat gangguan/serangan dari bulubabi, dan produksinya rendah.

2. Metoda Rakit Apung

Penanaman dengan metoda rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari bambu berukuran antara (2,5 x 2,5 ) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Dalam PKT ini digunakan ukuran 7 x 7 meter persegi. Untuk penahanan supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai penahanan atau diikat pata patok kayu yang ditancapkan di dasar laut . Pemasangan tali dan patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metoda rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm. Bahan-bahan yang diperlukan adalah bibit tanaman, potongan bambu berdiameter 10 cm. Potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm, tali rafia, tali ris berdiameter 4 mm dan 12 cm, serta jangkar dari besi, bongkah batu atau adukan semen pasir.
Adapun tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut :

  • Potongan kayu dan bambu dirangkai dan diberi jangkar pemberat dengan bantuan tali 12 mm.
  • Thallus dengan berat masing-masing 100 gram diikatkan pada tali ris dengan menggunakan tali rafia yang berjarak antara 20 - 25 cm
  • Jarak antara ris 50 cm sedangkan panjang ris sangat bergantung dari panjangnya rakit apung yang digunakan dalam budidaya.
  • Tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit

Dalam PKT ini setiap rakit apung berukuran 7 x 7 meter akan ditanami 500 titik tanam rumput laut atau setiap kelompok tani 5 orang dengan 250 rakit (dengan luas total sekitar 1,25 Ha) akan mempunyai titik tanam sebanyak 125.000 titik tanam.

3. Metoda lepas dasar atau tali gantung

Pada penanaman dengan metoda lepas dasar, tali ris yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama.
Pengikatan tali ris pada tali ris utama sedemikian rupa sehingga muda dibuk kembali. Tali ris utama yang terbuat dari bahan polyetilen berdiameter 8 mm direntangkan pada patok. Jarak tiap tali ris pada tali ris utama 20 cm. Patok terbuat dari kayu berdiameter 5 cm sepanjang 2 m dan runcing pada salah satu ujungnya. Untuk menancapkan patok di dasar perairan diperlukan linggis atau palu besi.

Jarak tiap patok untuk merentangkan tali ris utama 2, 5 m. Dengan demikian pada retakan budidaya dengan metoda lepas dasar seluas satu are (100 m2) dibutuhkan 55 batang patok, 60 m tali ris utama dan 600 m tali ris dan 1 kg tali rafia. Untuk 1 unit budidaya rumput laut sistem lepas dasar ukuran 10 x 10 m 2 diperlukan bibit sebanyak 240 kg (Seri Pengembangan Hasil Penelitian Pertanian No 141P/KAN/PT 13/1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut)

Sama dengan metoda rakit apung, metoda ini cocok untuk perairan dengan kedalaman kurang 1,5 meter dan dasarnya terdiri dari pasir atau pasir berlumpur.

Tahap Penanaman adalah sebagai berikut :

Tali ris dibentangkan berjajar pada pada dua rentang tali ris utama yang diikat masing-masing pada 2 patok yang berupa bambu yang tancap pada dasar laut, sehingga membentuk kerangka beberapa segi empat hamparan lahan penanaman rumput laut. Jarak antara tali ris sekitar 20 cm dan jarak antara titik tanam dalam tali ris sekitar 30 cm. Kerangka tanam seperti ini, diperhitungkan untuk setiap ha akan ada 99.000 titik tanam, atau untuk perhitungan 1 kelompok tani/nelayan dengan 125.000 titik tanam, memerlukan luasan lahan perairan sekitra 1, 3 ha.

Kerangka penanaman rumput laut ini diletakkan berada sekitar 30 -40 cm dibawah permukaan laut, menggantung pada patok yang berdiri tertancap pada dasar laut. Tali ris dipenuhi dengan beberapa potong thallus masing-masing seberat 100 gram yang merupakan bibit rumput laut. Potongan thallus diikat dengan tali rafia berjarak 30 cm.

PEMELIHARAAN

Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.

Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.

Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan pemupukan. Untuk gracilaria yang ditanam di tambak pemupukan di berikan secara teratur 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP dan ZA dengan perbandingan 1 : 1 : 1 sebanyak 20 kg/ha atau dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 100 kg/ha. Penggantian air tambak sebanyak 60% dilakukan setiap 15 hari sekali wakbu bulan baru dan bulan purnama.

PANEN

Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6 - 8 minggu setelah tanam dengan berat tanaman per ikatan 800 gram. Cara memanen rumput laut pada air pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat kemudian tali rafia pengikat dipotong. Sedangkan pada saat air surut dapat dilakukan langsung di areal tanaman.

Dengan menggunakan rakit satu persatu ikatan tanaman dipanen. Dan dibawa ke darat dengan rakit. Panen yang dilakukan pada saat usia tanaman 1 bulan, perbandingan antara berat basah dan kering berkisar 8 : 1, sedangkan bila tanaman berumur 2 bulan perbandingan berat basah dengan berat kering adalah 6 : 1. Peralatan dan tenaga yang harus dipersiapkan untuk panen adalah :

  • Tenaga kerja
  • Keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil rumput laut.
  • Perahu (untuk mengangkut hasil panen)
  • Pisau untuk menolong tali pengikat (tali rafia)
  • Timbangan
  • Lokasi tempat penjemuran
  • Karung tempat rumput laut kering dan tali pengikatnya
  • Ruang tempat penyimpanan rumput laut kering.

Persiapan alat-alat tersebut untuk menjaga kelancaran pemanenan dan menjaga kualitas mutu hasil produksi. Dari satu unit usaha (100 m2 ) dengan metode lepas dasar dan metoda rakit diperoleh hasil panen kering masing-masing 100 kg dan 120 - 150 kg setiap panen.

Dalam analisa finansial yang dibuat untuk Model Kelayakan PKT ini, produksi rumput laut didasarkan pada penggunaan metoda rakit apung yang dilakukan kelompok tani terdiri dari 5 orang dengan sebanyak 250 rakit, masing-masing dengan 500 titik tanam. Rumput laut dipanen pada umur 45 hari setelah tanam dengan memberikan waktu untuk mempersiapkan tanam setiap tahunnya dapat diadakan 6 kali panen. Setiap titik tanam akan menghasilkan 0,8 kg rumput laut basah. Dengan demikian setiap kelompok petani/nelayan akan mengahasilkan 125.000 titik tanam x 0,8 kg = 100.000 kg rumput basah. Bila dalam satu tahun dilakukan 6 kali panen, maka setiap kelompok akan menghasilkan 6 x 100.000 kg = 600.000 kg rumput laut basah per tahun.

PASCA PANEN DAN MUTU RUMPUT LAUT

Penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada tingkat pengeringan. Rumput laut kering ini merupakan bahan baku bagi industri rumput laut olahan selanjutnya. Pengolahan rumput laut akan menghasilkan agar, karagenan atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani

Langkah-langkah Pengolahan menjadi Bahan Baku atau rumput laut kering adalah sebagai berikut :

1. Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.

2. Setelah bersih rumput laut dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut dijemur di atas para-para di lokasi yang tidak berdebu dan tidak boleh bertumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan telah keluarnya garam.

3. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku agar rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk bahan baku karagenan dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28%.Bila dalam proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karagenannya tidak boleh terkena air tawar, karena air tawar dapat melarutkan karaginan.

4. Rumput laut kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.

Dalam model kelayakan PKT ini bila diperkirakan rendemen sampai kering asalan 10 % dengan kandungan air 30%, maka setiap kelompok petani/nelayan akan memproduksi 60.000 kg rumput laut kering per tahun

Pengepakan dan Penyimpanan

Rumput laut yang telah kering dan bersih dimasukkan dalam karung goni atau karung plastik. Bisa dipadatkan ataupun tidak dipadatkan. Bila dipadatkan hanya berisi 60 kg. Rumput laut yang akan di ekspor di bagian luar karungnya dituliskan nama jenis barang, nama kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil Indonesia dengan jelas. Pemberian nama tersebut untuk memudahkan dalam pengiriman.

Mutu Rumput Laut Kering

Petani rumput laut menjual hasil produksinya dalam bentuk rumput laut kreing. Agar harga jual rumput laut tersebut tinggi maka rumput laut harus memenuhi standar mutu rumput laut kering untuk jenis eucheuma gelidium. Gracilaria, dan hypnear seperti pada Tabel 4.


Tabel 4.
Mutu Standar Untuk Rumput Laut Kering Untuk beberapa Jenis Rumput Laut

Syarat Kandungan

Jenis Rumput Laut

Eucheuma

Gelidium

Gracilaria

Hypnea

Kadar Air
Maksimal (%)

32

15

25

30

Benda Asing
Maksimal *) %

5

5

5

5

Bau

Spesifik rumput laut

Spesifik rumput laut

Spesifik rumput laut

Spesifik rumput laut

*) Benda asing berupa garam, pasir, karang, kayu dan jenis lain.